Banyak orang mengatakan bahwa sulit sekali untuk
memiliki manajemen waktu yang baik? Tapi apakah benar kenyataannya
seperti itu? Setiap manusia menyadari bahwa mereka memiliki waktu yang
sama, yaitu 24 jam dalam sehari. Tetapi pada kenyataannya ada orang yang
merasa bahwa waktu 24 jam tersebut cukup untuk melakukan berbagai
aktivitas, tetapi ada juga yang merasa 24 jam dalam sehari selalu tidak
cukup untuk melakukan aktivitasnya. Padahal, belum tentu orang yang
mengatakan tidak cukup tersebut, kegiatannya lebih banyak daripada orang
yang mengatakan cukup.
Lalu apa yang membedakan kedua orang
tersebut? Saya pernah mendapatkan sebuah teori dari seorang teman bahwa
dimensi waktu itu ada 2, yaitu panjang dan lebar. Setiap manusia
memiliki panjang waktu yang sama yaitu 24 jam sehari. Tetapi, belum
tentu memiliki lebar waktu yang sama. Lebarnya waktu itulah yang menjadi
indikator apakah manusia tersebut produktif. Semakin lebar waktu yang
kita miliki, semakin produktif hidup kita.
Apakah lebarnya waktu
yang kita miliki ini ditentukan oleh manajemen waktu kita? Sering kali
kita mendengar/membaca saran manajemen waktu dari orang lain. Ada yang
mengatakan kita minimal harus bekerja 10 jam, tidur maksimal 5 jam,
melakukan ini dan itu. Padahal kita sendiri lah yang paling mengenal apa
yang perlu kita lakukan. Namun terkadang kita sendiri juga lah yang
mengabaikan intuisi tersebut. Tetapi saya yakin, jika kita mau berpikir
dan mendengar intuisi tersebut, kita adalah orang yang paling mampu
untuk membuat manajemen waktu bagi diri kita.
Jadi menurut saya,
kita semua sebenarnya sudah memiliki kemampuan untuk memanajemen waktu
yang kita miliki. Hanya saja, kita tidak mau benar-benar fokus untuk
melaksanakannya. Ketidak-fokus-an ini disebabkan karena kita kurang
memiliki self-discipline, sehingga walaupun kita sudah
merencanakan waktu kita dengan sebaik-baiknya, tetapi tidak diiringi
dengan aksi. Menurut pepatah inggris, planning without action is just daydream.
Apa sih self-discipline ini sebenarnya? Menurut penulis buku Take the Stairs, Rory Vaden, self-discipline
adalah kemampuan untuk melakukan aksi tanpa tergantung kepada keadaan
emosi, kondisi keuangan atau kondisi fisik kita. Tanpa adanya
self-discipline ini, kita tidak bisa meraih keberhasilan apapun. Mari
coba kita pikirkan bersama hal-hal yang pernah kita raih dalam hidup
ini, apakah kita bisa meraihnya secara instant atau kita berjuang dan
secara disiplin dalam menggapainya. Oleh karena itu, self-discipline
memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan seseorang, baik
itu seorang pekerja, siswa ataupun pengusaha.
Ada beberapa hal yang bisa kita coba lakukan untuk meningkatkan self-discipline yang kita miliki. Yang pertama adalah dengan mengenal diri kita sendiri,
yaitu mengenal kelemahan dan kelebihan yang kita miliki. Hal yang
terpenting dalam mengenal diri sendiri adalah kita harus jujur dan
menerima kondisi/keadaan kita saat ini. Yang kedua adalah kita harus memiliki cita-cita yang jelas dan terukur.
Dengan memiliki cita-cita yang jelas, kita bisa dengan lebih mudah
merencanakan bagaimana kita menggapai cita-cita tersebut. Hal ini juga
akan sangat berpengaruh dalam mental kita, di mana kita mampu mengukur
apakah kita berada di jalur yang tepat. Hal yang ketiga adalah komitmen dalam menjalani rencana yang sudah kita tetapkan. Rory Vaden, mengatakan bahwa komitmen yang harus kita pegang adalah unconditional commitment.
Artinya komitmen tersebut tidak tergantung pada variabel lain. Misalnya
kita sudah berkomitmen untuk lari pagi setiap hari, tetapi ketika suatu
hari kita merasa demam, kita tetap berkomitmen untuk tetap lari pagi.
Yang keempat adalah keyakinan. Kita harus memiliki keyakinan
bahwa usaha yang kita lakukan ini pasti akan membawa hasil yang positif
di dalam hidup kita. Dan yang terakhir adalah aksi. Ini merupakan hal yang paling penting yang harus kita lakukan untuk memiliki self-discipline. Seperti yang dikatakan sebelumnya, planning without action is just daydream.
Sebagai
penutup, saya ingin menyampaikan bahwa dalam agama Islam, konsep
disiplin ini sangatlah ditekankan. Tanpa disiplin, seseorang tidak akan
mampu untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan dari Allah. Allah
berfirman dalam surat Huud: 112, yang artinya “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar,
sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat
beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.” Kemampuan untuk tetap dalam jalan
yang benar, tanpa terpengaruh oleh godaan-godaan dari luar merupakan
sebuah kedisiplinan bagi seorang muslim. Semoga kita mampu untuk
menjadikan diri kita pribadi yang disiplin. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar